Kegiatan pada tahap ini diawali dengan adanya pemberitahuan akan
adanya produk/barang yang akan masuk dengan informasi yang didapatkan
melalui surat pemberitahuan yang diterima secara langsung maupun informasi
melalui berbagai media komunikasi lainnya.
Mengenai batasan waktu atas pemberitahuan akan datangnya produk/
barang yang masuk, tergantung kepada pihak pengelola gudang berdasarkan
standar ideal yang telah dibuat serta ketentuan lain yang secara administratif maupun teknis pihak gudang dapat mempersiapkan secara baik agar
pelayanan yang diberikan selama dilakukannya proses penerimaan produk/
barang dapat berjalan secara efektif serta mampu meminimalisir risiko yang
mungkin dapat terjadi.
Setelah dilakukan verifikasi informasi atas produk/barang yang akan masuk,
maka tahapan selanjutnya adalah mempersiapkan petugas yang akan
menanganai secara langsung serta kondisi kesiapan berbagai fasilitas dan
area tempat untuk menyimpan produk/barang yang akan diterima.
Tahap ini dilakukan ketika produk/barang yang dikirimkan sudah tiba,
dengan langkan persiapan awal yaitu menghitung volume keseluruhan dan
identifikasi secara spesifik seperti nama barang, kode, jumlah item, ukuran
dan berat produk/barang melalui form check list yang disiapkan untuk
memudahkan penentuan atas produk/barang yang masuk.
Terkait dengan form check list sebagai dokumen yang dapat dijadikan dasar
pertanggungjawaban, maka harus dipastikan setiap petugas penanganan
mermiliki kemampuan dalam melakukan pengecekan secara teliti dan akurat
sehinggan dapat dipastikan seluruh produk/barang yang ditrerima dan
disimpan dalam keadaan baik.
Tindakan lainnya yang juga berguna untuk memastikan produk/barang
yang diterima sesuai pada informasi awal, maka dapat dilakukan dokumentasi
visual (misalnya foto) sebelum barang diturunkan dari sarana transportasi
pengiriman/kendaraan pengangkut barang, yang nantinya akan dilampirkan
pada dokumen terkait dalam hal ini form check list.
Akhir tahapan kegiatan ini yaitu menyiapkan dokumen serah terima
barang dimana secara administrasi gudang biasanya difasilitasi dengan
dokumen kantor yang disebut dengan berita acara serah terima barang.
Berita
acara serah terima barang ini penting untuk disiapkan karena menunjukan
bukti otentik atas pihak-pihak yang secara langsung berhubungan pada saat
produk/barang diterima, rincian kondisi fisik produk/barang serta waktu
dilakukannya penerimaan.
- Pihak yang melakukan pengantaran produk/barang ke gudang
- Keterangan referensi pada surat pengantar pengiriman produk/barang.
- Keterangan waktu lengkap dengan tanggal dan jam kedatangan produk/
barang
- Keterangan waktu pada saat dilakukan proses bongkar muat produk/
barang
- Keterangan waktu ketika berakhirnya dilakukan proses bongkar muat
produk/barang
- Spesifikasi dari fisik seperti nama, kode, kuantitas, kualitas, kapasitas/
berat produk/barang
- Personil gudang yang secara langsung melakukan penerimaan produk/
barang
Biasanya yang melakukan pengantaran mencantumkan keterangan
berupa dokumen tersebut harus memiliki keabsahan/legalitas lengkap
dengan tambahan informasi lainnya yang mempermudah ketika diperlukan
konfirmasi tambahan. Begitu juga dengan gudang sebagai pihak penerima
produk/barang, harus mencantumkan data/informasi tambahan secara
lengkap.
Berkas terkait dengan proses produk/barang masuk hendaknya disiapkan
minimal dua rangkap, agar setiap pihak yang saling berkepentingan memiliki
arsip yang dapat dijadikan bukti rekaman sebagai ketentuan administrasi
gudang yang nantinya dapat dijadikan sebagai ukuran keterlaksanaan kegiatan
secara baik serta bahan evaluasi untuk tindakan perbaikan berkelanjutan.
Garis Besar Prosedur Pemeriksaan dan Penerimaan Barang
pada sebuah Institusi
- 1. Catatan penting setelah dilakukan penawaran, biasanya oleh panitia atau secara
kedinasan dikenal dengan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen), selanjutnya
dokumen diserahkan kepada bidang pengawasan serta penerimaan produk/
barang sebagai landasan untuk melakukan pengecekan sebelum kesepakatan
dilaksanakan.
- Panitia pelaksanaa penerimaan barang mempersiapkan daftar pengecekan
serta daftar penerimaan barang dengan berpedoman pada BoQ (Bill of
Quantity).
- Untuk mekanisme kontrak yang sudah dilaksanakan, selanjutnya berkas yang
berupa salinan kontrak diserahkan kepada bagian pengawasan serta panitia
penerimaan produk/barang.
- BoQ (Bill of Quantity) yang ada di panitia penerimaan produk/barang
selanjutnya dilakukan validasi untuk menjamin keakuratan data yang ada
serta dapat menghindari adanya kesalahan/manipulasi atas karakteristik
barang yang diterima.
- Satu hal yang tidak boleh diabaikan oleh bagian pengawasan dan penerimaan
atau panitia pemeriksa/penerima yaitu harus memahami substansi informasi
yang tertuang dalam kontrak tersebut, untuk memastikan agar setiap tahapan
dapat dilaksanakan secara baik.
- Jika penyedia barang mengawali pengiriman barang, tentunya produk/barang
yang dikirim harus dilakukan pengecekan oleh bagian pengawasan serta
panitia pemeriksa/penerima untuk tetap menjamin kualitas dan kuantitas
produk/barang yang diperiksa, dengan penerapan prosedur berpedoman
pada standar pemeriksaan yang berlaku.
- Apabila dalam pemeriksaan produk/barang ada ketidaksesuaian seperti yang
terdapat pada daftar pemeriksaan barang, maka produk/barang tersebut
dipisahkan untuk selanjutnya dikembalikan kepada penyedia produk/baran
agar dilakukan penggantian sesuai dengan yang diminta. Pengembalian
produk/barang harus disertai dengan dengan daftar pengembalian produk/
barang.
- Jika produk/barang yang telah diterima menyertakan masa garansi, maka panitia pelaksana penerimaan produk/barang harus meminta kartu garansinya
kepada pihak penyedia produk/barang. Begitu juga untuk jasa layanan purna
jual, harus dipastikan terdapat kartu/surat jaminan masa purna jual.
- Untuk produk/barang hasil pengecekan oleh panitia penerimaan barang
dan hasilnya telah sesuai dengan kondisi produk/barang yang semestinya/
tercantum pada daftar pemeriksaan barang, maka selanjutnya dicantumkan
pada daftar penerimaan produk/barang sementara. Setelah itu surat jalan
dapat diparaf oleh bagian pengawasan dan panitia penerimaan barang yang
dijadikan lampiran dalam daftar penerimaan barang sementara.
- Setelah diterimanya produk/barang oleh bagian pengawasan dan panitia
penerimaan barang, berikutnya produk/barang tersebut diserahkan ke bagian
gudang yang secara administratif dicantumkan pada daftar penyerahan
barang untuk gudang.
- Apabila proses pengiriman produk/barang telah selesai dilakukan, maka bagian
atau bidang pengawasan dan panitia penerimaan barang merekapitulasi
seluruh dokumen yang telah disiapkan/dibuat untuk dilakukan proses
rekapitulasi dimana bagian/bidang pengawasan dan panitia penerimaan
barang melakukan pemeriksaan ulang seluruh proses tahapan pengecekan
atas penerimaan barang yang telah berjalan 100% (seratus persen), lengkap
dengan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan dan Berita Acara Serah Terima
Barang.
C. Fisik Penerimaan Barang di Gudang
Perusahaan yang terus memperkuat sistem pengendalian dan
pengawasan persediaan maka perusahaan tersebut sedang melakukan proses
penghitungan fisik dengan bukti dokumen secara periodik. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar dapat memastikan produk/barang persediaan berdasarkan
fisik maupun jumlahnya sama dengan perpetual pada buku persediaan.
Hasil
penghitungannya merupakan bahan koreksi catatan pada buku persediaan, mengelompokan unsur biaya dan aktiva bisa saja tercampur pada nilai persediaan
dengan akun terkait, serta ketepatan sistem pengendalian persediaan itu sendiri.
Kegiatan monitoring dan evaluasi mensyaratkan agar menghitung nilai persediaan
dapat dilakukan minimal satu tahu sekali.
Namun hasil penghitungannya secara
umum tidak dapat dilakukan rekap dalam kartu gudang, tidak dapat menggantikan
angka sebagaimana dasar, melainkan hanya sebagai pelengkap untuk mengecek
kecermatan serta untuk mengoreksi perbedaan yang ada.
Hasil perhitungan antara
jumlah produk/barang persediaan dengan bukti catatan persediaan dapat saja
berbeda, hal ini secara umum lebih karena terjadinya penyusutan atau terdapat
kesalahan dalam data yang telah dicatat. Dilakukannya penghitungan persediaan
sebagai upaya untuk memperbaiki kesalahan, juga diperlukan sebagaimana yang
dipersyaratkan apabila perusahaan menerapkan standar manajemen mutu.
Pada
saat dilakukan proses audit terhadap fisik produk/barang persediaan, intensitas
penghitungannya banyak dipengaruhi intensitas jenis pengelolaan yang
berlangsung, tingkat pengendalian yang sangat baik, serta pemenuhan laporan
yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Jadwal dilakukannya proses penghitungan persediaan dapat dilaksanakan
secara periodik misalnya perminggu, perbulan, triwulan, semesteran, atau tahunan.
Penghitungan persediaan bisa saja dilakukan tahunan, semesteran, triwulan,
bulanan, dua mingguan atau bahkan seminggu sekali. Dalam hal ini gudang dapat
menentukannya berdaarkan dinamika serta kebutuhan dilakukannya proses
penghitungan persediaan untuk memberi kemudahan dalam operasi pengelolaan
gudang secara tepat dan baik.
Adapun penghitungan secara general dilakukan pada
kondisi tingkat frekuensi yang rendah, dan untuk proses penghitungan dengan
kategori penting dan memiliki nilai tinggi maka dapat dilakukan setiap hari. Masa
penghitungan persediaan hendaknya dilaksanakan ketika proses kegiatan gudang
sedang tidak banyak agar secara program tidak mengganggu jalannya aktivitas
perusahaan. Perusahaan yang menerapkan sistem perpetual dengan baik, maka pada
saat penghitungan persediaan tidak selamanya harus sama/identik dengan tanggal
penutupan buku.
Dalam meminimalisir risiko perbedaan catatan maka dilakukan
untuk terus melakukan. pengecekan secara teratur. Laporan pertanggungjawaban
setap akhir taun hendaknya mampu memberi contoh yang baik terutama berkenaan
dengan seluruh aspek kegiatan yang dilakukan oleh personil gudang. Biasanya
perusahaan membentuk semacam tim khusus yang benar-benar menguasai teknik
penghitungan barang.
Barang-barang yang akan masuk proses penghitungan
sebaiknya dipersiapkan dan disusun rapi serta memiliki kelengkapan dokumen
lengkap sebelum dihitung. Sebagai alat pengendali maka digunakan formulir
penghitungan, dengan bentuk formulir penghitungan persediaan yang harus
dikoordinasikan dengan pihak pencatatan harga sehingga penghitungan bisa
dilaksanakan lebih efisien.
Formulir penghitungan bisa dibuat satu jenis saja yang
dapat digunakan untuk mencatat hasil penghitungann kuantitas maupun untuk
mencatat harga. Namun demikian formulir juga bisa dibuat menjadi beberapa
jenis, yang intinya dilakukan untuk mencatat hasil penghitungan fisik, untuk
mencatat akumulasi informasi yang tercantum pada formulir hasil penghitungan
fisik, serta mencatat harga dan ikhtisar total persediaan.
1. Pemanfaatan Penggunaan Sistem Aplikasi
Aplikasi komputer dengan segala kelebihannya serta mampu
mengatur berbagai transaksi di gudang dalam menerapkan sistem tata kelola
gudang mampu men-support aktivitas gudang seperti kegiatan mengambil
produk/pengambilan (picking) dilakukan pemuatan ke sarana angkut (delivery
transportation), secara baik dan real time begitu dibutuhkan.
Sistem aplikasi
gudang yang digunakan tentunya mampu membantu mendeteksi berbagai
informasi yang dibutuhkan oleh user seperti customer terlebih lagi bagi owner.
Intinya bagaimana sistem manajemen gudang memungkinkan untuk dapat
memantau dan mengendalikan setiap aktivitas terkait adanya proses distribusi
produk/barang baik penerimaan maupun pengiriman, serta memungkinkan
menjadi sistem database yang dapat mengontrol secara rinci.
Sistem manajemen gudang merupakan satu prosedur penunjang di
gudang dengan mekanisme yang menunjukan tahapan dari urutan kegiatan
sebagai fase supply pada rantai produk/barang dan menjadi unsur utama dari
volume pasokan agar mampu memonitor arus perpindahan serta menyimpan
produk/barang di gudang.
Selain itu penerapan sistem ini mampu memproses
transaksi terkait, termasuk distribusi barang keluar, distribusi penentuan atas
barang yang masuk, pengepakan serta pelepasan. Dalam sistem yang dijalankan
mampu mengarahkan dan mengoptimalkan stock putaway dengan data yang
real time.
2. Fitur Utama
a. Receiving and Putaway
Awal proses ini dilakukan pada saat produk/barang tiba di gudang. Item
berupa wujud barang setelah tiba selanjutnya diinput pada sistem WMS, hal
ini bertujuan agar database setiap saat selalu ter-update. Ketika dilakukan
input atau memasukan data barang yang dijadikan dasar adalah data PO
(Purchase Order) yang dilakukan oleh petugas pada unit/bagian pembelian
baik secara manual maupun otomatis (digital).
Dilakukannya tahapan ini
harus berprinsip pada kesesuaian fisik barang yang masuk dengan kapasitas
terpasang/ukuran gudang agar dapat mengatur sirkulasi/perputaran barang
ketika dilakukan cycle count atau stock opname.
Apabila penerimaan barang telah selesai dilakukan, berikutnya barang
ditempatkan pada area gudang yang sudah ditentukan (Putaway), mengingat
keharusan dalam mengetahui data barang tersebut serta menentukan
barang tersebut masuk kategori dalam sistem FIFO (First In First Out) atau
FEFO (First Expired First Out).
b. Dispacthing
Dispatching dilakukan untuk men-support aktivitas mengeluarkan
barang (picking and delivery) untuk selanjutnya didistribusikan/disalurkan
menuju gerai/outlet maupun konsumen langsung. Penetrasi atau penentuan
titik lokasi dalam kegiatan picking semakin lebih cepat dan akurat dengan
penerapan warehouse management system (WMS).
Fitur ini bagi personil yang ada di gudang membantu pencarian semakin
efisien dan akurat. Dengan hanya melihat setiap yang telah masuk pada
bagian sistem yaitu device handheld serta scanning barcode pada bagian
identifikasi pallet (biasanya berbentuk sticker) untuk menyatakan stock
barang sudah diambil dan digantikan oleh barang lainnya yang baru masuk.
Kegiatan picking harus menginformasikan kepada pegawai terutama
operator atas barang-barang yang harus dikirimkan ke lokasi tertentu, dan
melalui WMS ini setiap barang pesanan dari konsumen akan ditandai dengan
sticker barcode berdasarkan volume/kuantitas serta fisik barangnya.
c. Delivery Note
Kegiatan pada tahap berikutnya yaitu validasi terhadap setiap item
barang hasil picking dengan setiap gerai/outlet maupun konsumen. Dalam
hal ini WMS harus dapat menganalisis dan menetapkan hasil validasi dengan
penyediaan dokumen yang disebut delivery note.
Kegunaan dari delivery
note adalah untuk memperingan aktivitas gudang dalam mengecek dan
membandingkan oleh petugas checker dari setiap barang hasil picking yang
dimasukan ke dalam sarana angkut seperti “truck”.
d. Double Check
Fitur yang dibutuhkan selain delivery note yaitu double deck yang
bertujuan untuk meyakinkan bahwa keseluruhan barang yang disiapkan
untuk dikirim secara fisik dan jenis adalah barang pesanan dari konsumen.
Pemanfaatan double deck dapat dilengkapi dengan sticker dispatch label yang
fungsinya memberikan panduan bagi setiap petugas melakukan loading ke
sarana angkutan “truck” yang akan membawa barang.
Dispatch label dapat berperan secara ganda dalam proses double
deck pada akhir lokasi pengiriman.
Ketika dilakukan dispatch maka peran
WMS secara otomatis melakukan pengurangan sejumlah barang yang telah
dikirim ke lokasi tujuan artinya setiap sirkulasi barang yang ada digudang
akan selalu terkendali terutama dari resiko berkurangnya barang karena
faktor kehilangan.
e. Stock Take
Stoke take dilakukan untuk menyesuaikan antara fisik barang persediaan
(stock) dengan stock barang yang terdata di komputer. Hasil perbandingan
ini nantinya diharapkan akan berdampak terhadap efisiensi pengeluaran
biaya dalam penanganan barang persediaan.
Stock take sendiri sebagai
satu kegiatan yang beresiko terhadap kapasitas serta membutuhkan waktu
yang tidak sedikit bagi petugas gudang. Pada situasi dan kondisi tertentu
proses stock take dilaksanakan dengan melibatkan pegawai di gudang dalam
jumlah yang banyak.
WMS dapat memperingan pekerjaan dengan informasi rinci dari setiap
barang dan lokasi, sehingga memudahkan petugas untuk melakukan stock
take.
Dalam alur prosedur kerja WMS, secara operasional gudang tentunya
tidak memunculkan selisih antara fisik barang dengan stock komputer.
Kemudian report stock take yang dicetak setelah hasil penghitungan fisik
selesai, secara ideal adalah 0 (nol) artinya tidak terjadi selisih barang
antara data komputer dengan fisik barang. apabila terdapat nilai selisih telah membantu melakukan referensi posisi barang yang terjadi selisih,
petugas tidak perlu menuju lokasi penempatan dan menghitung/memeriksa
seluruh barang di gudang melainkan cukup dengan menghitung ke lokasi
yang menurut report terjadi selisih.
Setelah selesai seluruh penghitungan,
selanjutnya komputer akan melakukan adjustment plus-minus terhadap
penghitungan fisik.
Pada tahapan ini maka gudang telah memiliki stock update yang sesuai
antara data dengan fisik.
f. Reporting
Reporting merupakan fitur pendukung yang sangat penting. Setiap
hasil kegiatan yang terdokumentasi khususnya laporan digital pada WMS
harus dapat menjelaskan terkait barang kepada pihak pemesan. Laporan
dipersiapkan dengan baik dan valid agar setiap saat dapat memberikan
informasi untuk bahan pengambilan keputusan manajemen yang ditunjang
rekam data yang dapat dipertanggungjawabkan.
Berbagai fasilitas layanan dalam reporting harus dapat memenuhi
kebutuhan gudang akan informasi yang spesifik dan akurat. Artinya setiap
pihak dapat menafsirkan dengan mudah atas segala informasi yang
diberikan seperti reporting persediaan harian (Inventory Days) yang berada
pada tingkat minimum, misalnya penetapan selama 5 hari kerja.
Apabila
reporting menunjukkan stock gudang tersedia banyak untuk 5 hari, maka
kepala gudang dapat membuat keputusan untuk bagaimana mengurangi
tingkat order dan terus mendorong agar barang dapat dikeluarkan sehingga
persediaan dapat turut pada volume yang stabil.
Report ini juga diperlukan customer/konsumen untuk mengidentifikasi
dan mengetahui mengenai barang yang tersedia dan akan dikirim dari
gudang menuju gerai/outlet ataupun consumen akhir.
Selain itu reporting juga harus mampu menjadi pusat penghubung
dengan Key Performance Indicator (KPI) dari gudang.
Sebagai contoh KPI dari
variansi stock adalah 1%, maka report harus mampu mengeluarkan laporan
selisih barang hasil stock opname. Untuk kebutuhan berikutnya (biasanya
digunakan oleh analis data). Format tampilan yang banyak digunakan di
gudang dalam memudahkan akses dari fitur reporting bisanya diolah dalam
bentuk Ms. Excel yang sebelumnya merupakan hasil olahan dari file .dbf .csv
atau .xls.
Adapun fitur standard dari WMS sebagaimana di atas seyogyanya
dapat didapatkan pada setiap hasil pengelolaan administratif gudang, dan
hal itu tergantung dari adanya mobilitas barang yang terjadi.
Untuk instalasi
software WMS dibutuhkan biaya cukup besar setidaknya membutuhkan satu
orang atau lebih dedicated adminyang bertanggung jawab secara langsung
atas pengelolaan WMS ini.
3. Pencatatan persediaan barang di gudang
Pengadministrasian produk/barang persediaan dapat dilaksanakan melalui
pencatatan manual maupun berbasis komputer (digital). Adapun pencatatan yang dilakukan secara manual terdiri atas dua sistem:
- Sistem pencatatan berkelanjutan (Perpetual System)
- Pola dengan cara ini mengharuskan petugas gudang melakukan pencatatan
persediaan barang secara kontinue. Dibuatkan perkiraan/rekening/kartu
atau buku untuk setiap jenis barang. Untuk transaksi pertambahan barang
di catat di sebelah debet, dan sebelah kredit digunakan untuk setiap
berkurangnya barang. Saldo dari perkiraan harus selalu dicocokan dengan
wujud atau bentuk barang secara nyata.
- Sistem pencatatan secara berjangka (Periodik System)
- Berbeda dengan sistem pencatatan terus menerus, pada sistem ini hanya
penerimaan dari transaksi penjualan saja yang dicatat, artinya tidak
dibuat jurnal untuk mengurangi (kredit) pada perkiraan persediaan. Untuk
harga pokok penjualan ditentukan dengan mengacu kepada daftar rincian
persediaan barang. Pada akhir masa pencatatan dilaksanakan setelah
mengkalkulasi persediaan produk/barang yang telah diinventarisir (physical
Inventory) secara periodik.
Selanjutnya penerapan teknis pencatatannya terdiri dari metode:
1) First In First Out (FIFO)
Metode ini memiliki ciri dimana barang yang masuk pertama kali maka
barang tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu atau istilah lain masuk
pertama.
2) Last In First Out (LIFO)
Memiliki ciri dimana barang yang terakhir datang ke gudang, maka harus
yang paling awal dikeluarkan.
3) Weight Average Cost (WAC) atau Average Cost (AC)
Berbeda dari kedua metode sebelumnya, maka pencatatan metode
ini yaitu menentukan barang yang telah dikirimkan (keluar) kemudian
dilakukan pencatatan dengan mengacu pada harga rata-rata.
D. Dokumen Penanganan Penerimaan Barang
Petugas pengadministrasi gudang harus memperhatikan pentingnya
mengarsipkan setiap dokumen karena bagi perusahaan setiap catatan ataupun
data pembukuan tersebut merupakan bagian laporan aktivitas yang harus
dipertanggungjawabkan.
Secara keseluruhan dokumen tersebut disiapkan dalam
pengelolaan administrasi gudang mulai tahapan penerimaan barang, proses
penyimpanan barang, catatan mutasi barang, sampai pada laporan persediaan
barang.
Sebagai bentuk wewenang dan tanggung jawab terhadap setiap produk/
barang yang dikelolanya, terutama kepala gudang harus menyiapkan pembukuan
seluruh barang yang ada di gudang meliputi:
- Pembuatan dokumen keuangan dengan informasi secara transparan serta
akuntable.
- Melakukan pembukuan ketika dilakukan mutasi produk/barang.
- Menyiapkan kartu barang untuk melakukan pembukuan dan catatan administrasi
penerimaan barang.
Siklus administrasi pergudangan
1. Data pemesanan barang
Kegiatan penata usaha barang yang dipesan dilakukan setelah adanya
keharusan mengeluarkan barang di gudang. Setiap barang yang dikeluarkan
harus terlebih dahulu diestimasi dengan berpatokan pada data historis setiap
jenis barang.
Kemudian dilakukan pemesanan dalam hal ini kepada pemasok
misalnya melalui kesepakatan termin pembayaran atau jatuh tempo pembayaran
(term of payment) dengan kisaran nominal/angka lebih besar dari Day Sales
Inventory, dengan kata lain tengat waktu produk/barang yang tersimpan dapat
‘dicairkan’.
Misalnya kegiatan bisnis/komersil mampu melakukan pemasaran
dan penjualan selama 3 (tiga) hari, dimana TOP dari kegiatan tersebut yaitu 6
(enam) hari, dengan demikian kegiatan bisnis tersebut dikategorikan untung
karena dapat melakukan 2 (dua) kali lipat penjualan lebih besar walapun
pembayaran yang diterimanya hanya sebesar 1 (satu) kali pembayaran. Selain
itu perjanjian waktu bayar seperti ini (Returnable) lebih menguntungkan
daripada dilakukan cara beli putus..
2. Data Persediaan (Inventory)
Kunci utama dalam ketepatan dalam pencatatan seluruh arus barang yang
masuk dan keluar adalah sistem adminisrasi yang baik, karena dengan demikian
operasional gudang lebih dapat dikendalikan terutama dalam mengukur akurasi
data barang di gudang, yang secara detail mempengaruhi:
- Jumlah stok barang di gudang
- Klaim atas produk/barang yang diterima atau dikirimkan.
- Pengambilan keputusan pemesanan dilakukannya pemesanan
- Menganalisis tren penjualan
Inventory di gudang dituntut untuk memiliki data secara akurat dan real
time agar dapat dipertanggungjawabkan. Untuk memiliki data seperti itu maka
peran dari proses administrasi pergudangan yang efektif dan efisien perlu terus
dipelihara secara terintegrasi dengan memadukan teknologi yang memadai
dan sumber daya personil yang menjalankannya.
sumber
ADMINISTRASI PERGUDANGAN
Syafiani Desiana Gartini
Wanan sunarya
Arif Susanto
Posting Komentar untuk "PENERIMAAN BARANG DI GUDANG"